Pada hari ini, waktu seolah berlutut di hadapanmu, Nona; menahan sejenak detik-detik yang kerap tergesa. Matahari pagi tadi dan kemudian hari akan menyinarimu dengan lembut, seakan ingin menjadi yang pertama yang membisikkan “selamat” dengan cahaya. Dan angin, dengan lirihnya, menyelipkan namamu di antara helaian dedaunan yang menari, terbawa nyanyian semesta untukmu, pujaan hati.
Tahun demi
tahun telah berlalu, tetapi pesonamu tak pernah berlalu, seperti rembulan yang
tetap bercahaya meski malam terus berganti rupa. Di dalam matamu, aku menemukan
langit yang tak bertepi, sebuah cakrawala di mana harapanku berlayar dengan
percaya diri. Engkau adalah mata air di tanah yang retak, keindahan yang tak
lekang dalam waktu yang bergerak.
Hari ini,
engkau bertambah usia, tapi bagiku, engkau tetap menjadi kisah yang baru setiap
waktu. Wajahmu, seperti buku yang selalu ingin kubaca, mengundang rindu untuk
menyelami tiap halaman yang dipenuhi makna. Dalam dekapmu kelak, aku menemukan
rumah: sebuah tempat di mana segala resah menguap tanpa perlu kata-kata.
Kekasihku,
engkau adalah syair yang ditulis oleh takdir dengan tinta gemintang nun. Setiap
kata-katamu adalah untaian melodi, mengalun dalam hening dan riuhnya hari-hari.
Aku mencintaimu bukan hanya karena senyummu yang mekar seperti mawar subuh,
tapi juga karena hatimu yang luas, yang menampung langit dan laut dalam satu
kedamaian yang tak terukur dan tak terbatas.
Dalam
perjalanan hidup, kita mungkin dihadang gelombang, tapi aku tahu, engkau dan
aku menjelma bahtera yang tak gentar pada ombak dan badai nan liar. Engkau
adalah cahaya di mercusuar, penunjuk arah saat segala yang lain terasa kelam
dan terkapar. Engkau, dengan kesabaran dan kelembutanmu, mengajarkanku tentang
arti bertahan: bukan sekadar tetap ada, tetapi tumbuh dan semakin bermakna.
Di hari
yang istimewa ini, aku ingin menghadiahkan lebih dari sekadar kata-kata:
mukena, yang telah kaukenakan dan kaubawa melesat ke kedalaman makna. Aku ingin
membingkai setiap kenangan yang kita punya, agar kelak saat rambut kita mulai
dihiasi uban, kita dapat mengenangnya sebagai mozaik keindahan yang tak terhapuskan.
Aku mengukir dan terus mematri namamu di dalam hatiku, lebih dalam dari goresan
waktu yang mungkin berusaha menghapusnya.
Hari ini,
bintang-bintang mungkin bersinar lebih terang, karena tahu bahwa seorang
perempuan seindah rembulan sedang bertambah usia: mereka semua berdansa. Semoga
segala yang kau harapkan merupa menjadi kenyataan, seperti bunga yang mekar
tanpa ragu dan beban. Semoga kebahagiaan tak hanya singgah sesaat lalu berlalu,
melainkan menetap dalam setiap langkah dan hembusan napasmu.
Terima kasih telah hadir dalam hidupku, menjadi lagu yang tak pernah usang, menjadi puisi yang tak pernah kehilangan makna. Selamat ulang tahun, kekasihku. Dalam setiap detik yang kau lewati, semoga bahagia selalu menemukan jalannya menuju hatimu, seperti diriku yang selalu menemukan rumah di dalam genggaman sukmamu.
0 Komentar