Pagi-siang-sore-malam—untuk apa semua itu diadakan? Apakah untuk mengirim Rindu kepada Cinta yang bertandang di dalam hati terdalam? ...
Pagi mengirim
embun pada daun-daun, dan mimpimu dalam tidur menggugahmu untuk bangun. Tubuhmu
bergegas menyambut siang yang rembang. Mengalun pelan lamunan, hawa panas
menjenguk sore yang tenang. Menikmati secangkir teh dan sepiring obrolan.
Berangkatlah
menjadi lembayung senja. Jingganya lumer di ufuk yang membujurkan penantian
pesona. Lamatlamat ia merambat lenyap. Dan temaram makin lindap. Kita jenguk
malam bersamasama. Segugus bumi mengganti almanak masehi di galaksi bimasakti.
Kita masih di sini merayakan sunyi. Menanam gemintang di angkasa.
Kembang api kita
sediakala, begitu alamiah dan sederhana. Ledakan, kolaps, supernova, meteor,
komet dan planet. Dini hari berkejora, Bintang Timur gugur cahaya, mengguyurkan
temara. Rasi asmaraloka, kamar asmaragama, bintang jatuh, jatuh hati, dan kita
melakukan ritual tantri. Kita belajar astrofisika rohaniah. Beradu aura dalam
nyala aurora. Kabut menyaput lingga, desahmu berdentum di telinga dewata, kita
menyala. Dewi Sarasvati memberkahi. Ilafi saling menyetubuhi, Maha Suci.
Duh, Hyang Kudus
nun, gugus malam berlumus halimun, mengembun ke daun, meraup mimpimimpi kita
yang ranum. Dan Hyang Sinar, rotasi bumi bergelepar ke fajar. Rotasi kembali,
lagi, dan lagi. Bumi berkeliling kembali, siarah berziarah. Astēr planētēs: bintang
pengelana. Almanak merupa: pagi-siang-sore-malam—untuk apa semua itu diadakan?
Apakah untuk mengirim Rindu kepada Cinta yang bertandang di dalam hati
terdalam?
*31/12/2018
![]() |
https://www.sheridanandco.com/news/new-age-radicals/ |
0 Komentar