Dalam diskusi New Materialism, Karen Barad berperan krusial sebagai salah satu pemikir utama yang menawarkan perspektif inovatif mengenai hubungan antara materi, realitas, dan agensi. Melalui konsep agential realism, Barad mengaburkan dikotomi antara subjek dan objek serta menawarkan pendekatan yang lebih dinamis dalam memahami bagaimana dunia bekerja. Pemikirannya yang dipengaruhi oleh teori kuantum, feminisme, dan filsafat ilmu, menjadikannya tokoh kunci dalam mengembangkan New Materialism sebagai pendekatan yang konfrontatif terhadap pandangan materialisme klasik.
Salah satu
kontribusi utama Barad dalam New Materialism adalah gagasannya tentang agential
realism. Barad menolak pemisahan antara manusia dan dunia material, serta
subjek dan objek. Ia mengkritik pendekatan representasionalisme, yang
mengasumsikan bahwa pengetahuan adalah hasil dari representasi dunia eksternal
oleh subjek manusia. Sebagai gantinya, Barad mengusulkan bahwa realitas tidak
hanya ditemukan atau dikonstruksi oleh manusia, tetapi secara aktif
dikonstitusi oleh interaksi material itu sendiri.
Menurut agential
realism, materi tidak pasif tetapi memiliki agensi dalam membentuk
realitas. Materi bukanlah objek yang diam dan hanya menunggu dipahami oleh
manusia, melainkan entitas yang terus-menerus berinteraksi dalam jaringan
hubungan yang kompleks. Dengan demikian, pemahaman tentang realitas tidak bisa
hanya berfokus pada peran manusia, tetapi harus mempertimbangkan keterlibatan
material dalam membentuk dunia.
Konsep
sentral lain dalam pemikiran Barad adalah intra-action (intra-aksi),
yang menantang konsep tradisional tentang interaksi. Dalam pemahaman klasik,
interaksi terjadi antara dua entitas yang sudah ada sebelumnya. Namun, Barad
berpendapat bahwa entitas tidak mendahului relasi mereka; justru, mereka
terbentuk melalui intra-aksi. Artinya, batas antara entitas, termasuk antara
manusia dan materi, tidaklah tetap, tetapi terus berubah dalam proses
keterlibatan satu sama lain.
Contoh
lain yang lebih mudah dipahami adalah, misalnya, bagaimana seorang anak kecil
yang pertama kali bertemu kucing. Sebelum pertemuan ini, si anak belum tahu
apakah kucing itu menakutkan atau menggemaskan. Di sisi lain, kucing juga belum
menentukan apakah anak ini adalah ancaman atau teman. Namun, saat mereka saling
mendekat, ekspresi wajah anak, reaksi kucing (misalnya mendekat atau menjauh),
dan cara mereka merespons satu sama lain membentuk pengalaman baru. Setelah intra-aksi
ini, anak mungkin belajar bahwa kucing itu lembut dan menyenangkan, sementara
kucing juga bisa merasa nyaman dengan anak tersebut. Jadi, “identitas” si anak
sebagai penyayang kucing, dan kucing sebagai hewan peliharaan yang ramah, tidak
ada sebelumnya. Keduanya tercipta atau diciptakan melalui intra-aksi
itu.
Pemikiran
Barad dalam New Materialism memiliki dampak besar dalam berbagai bidang,
termasuk filsafat ilmu, studi feminisme, dan etika lingkungan. Dengan menolak
dikotomi antara manusia dan non-manusia, ia mengevaluasi gagasan tentang
subjektivitas dan objektivitas, serta mempromosikan pemahaman yang lebih
holistik tentang dunia.
Dalam
filsafat ilmu, agential realism menawarkan pendekatan baru dalam
memahami bagaimana ilmu pengetahuan bekerja. Jika ilmu tradisional sering
dianggap sebagai usaha manusia dalam memahami dunia eksternal, maka Barad
menekankan bahwa ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan hasil dari intra-aksi
antara manusia, alat, dan materi yang dikaji.
Dalam
studi feminisme, konsep intra-action membantu mendekonstruksi pemisahan
antara kategori seperti gender dan alam. Dengan melihat bagaimana identitas dan
kategori sosial terbentuk melalui intra-aksi, pemikiran Barad berkontribusi
pada kritik terhadap esensialisme dan konstruktivisme sosial yang terlalu
menekankan peran bahasa dalam pembentukan identitas.
Dalam
etika lingkungan, pemikiran Barad mengkritik pandangan antroposentris yang
melihat manusia sebagai entitas terpisah dari alam. Dengan mengakui bahwa
manusia dan alam saling terjalin dalam intra-aksi yang kompleks, gagasan ini
mendorong pendekatan etika yang lebih bertanggung jawab terhadap ekosistem dan
kehidupan non-manusia.
Meskipun
pemikiran Barad menawarkan wawasan yang mendalam dalam New Materialism,
ia juga menghadapi beberapa kritik. Salah satu kritik utama adalah bahwa
pendekatannya dapat menjadi terlalu abstrak dan sulit diaplikasikan dalam
analisis sosial yang lebih konkret. Beberapa pemikir berpendapat bahwa dengan
terlalu fokus pada relasi material, pendekatan ini dapat mengaburkan peran
aktor sosial dalam membentuk realitas politik dan ekonomi.
Selain
itu, konsep intra-action yang menolak eksistensi entitas sebelum
hubungan mereka dapat dianggap problematis. Dalam beberapa kasus, masih ada
kebutuhan untuk mempertahankan pemahaman tentang identitas yang relatif stabil
untuk analisis sosial dan politik. Misalnya, dalam perjuangan hak-hak
minoritas, mengakui kategori sosial tertentu sering kali penting untuk
membangun solidaritas dan advokasi.
0 Komentar